Udara dingin yang menusuk tulang tidak mampu mengusirku dari bangku taman yang berdiri kokoh di dekat sisi jalan. Cahaya lampu jalanan yang remang tak mampu memandikanku dalam kehangatan. Tanganku merengkuh badanku yang mengigil dengan erat meskipun aku sudah memakai mantel yang cukup tebal. Asap putih yang menguap dalam sekejap keluar dari mulutku dengan teratur. Aku melipat lengan mantelku untuk melirik jam tanganku.

Pukul menunjukkan sekitar jam 2 subuh lebih.

Bibirku menyunggingkan senyum samar. Aku sengaja menyelinap keluar dari apartemen pada dini hari agar tidak ketahuan oleh teman-teman yang juga tinggal di bawah satu atap denganku. Jika diriku tertangkap basah menyalahi aturan, aku pasti akan terkena semprot amarah mereka. Mereka terlalu mengkhawatirkanku sampai aku merasa terkungkung dalam rumahku sendiri.

Sejujurnya, aku menghargai usaha mereka, tetapi aku merasa bosan berdiam diri tanpa henti di dalam kamar. Walaupun teman-temanku pulang ke apartemen ketika malam hari tiba, aku merasa enggan melangkahkan kakiku ke luar rumah saat mentari sedang bersinar. Moncong kamera dengan lensa kacanya yang dapat mengedip kapan saja siap menghantuiku dari belakang ke mana pun aku pergi.

Aku bersikukuh untuk mengikuti jadwal yang sudah diatur sedemikian rupa oleh manajer agar tidak mengecewakan para fans. “Semuanya baik-baik saja dan aku tidak apa-apa,” ucapku dengan mantap kepada mereka.

Tak peduli sudah berapa banyak kata-kata yang kulontarkan, mereka tetap menggeleng kepala. Salah satu dari mereka memegang bahuku dan memastikan bahwa aku harus fokus untuk lekas sembuh. “Kau sudah memberikan usaha terbaikmu. Sekarang, waktumu untuk beristirahat,” ujar manajer sembari melukiskan senyum hangat.

Tubuhku perlahan menegak untuk memandang langit kelam tanpa kilau bintang. Tanpa sadar, aku segera meringis dan mengenggam dada kiriku. Menurut dokter, aku mengalami retak tulang akibat bekerja terlalu keras dan berat badan yang turun secara drastis. Mereka menyarankan hal yang sama yaitu mengambil cuti selama seminggu.

Sepertinya, aku terlahir sebagai manusia yang egois dan berani membangkang layaknya mawar yang memberontak dengan menghunuskan durinya. Siang ini, aku mencoba untuk berlatih dansa dan vokal untuk persiapan konser yang akan dimulai dua minggu kemudian. Komitmen dalam menghadirkan performa yang terbaik bagi fans sudah terpatri dalam benak. Merekalah yang sudah mengangkat nama grup ini dan juga tanpa kenal lelah memberikan motivasi kepada kami, biarpun hanya berupa sapaan sederhana. Mereka pula yang menyuarakan namaku hingga bergema ke internasional.

Sayangnya, sifat keras kepalaku tetap berlutut di hadapan hukum alam. Saat komputerku belum selesai memutar playlist lagu, aku sudah tergeletak di lantai dengan tangan kanan meremas dada bagian kiri. Aku sendirian di apartemen sehingga tidak ada yang mampu membantuku. Terpaksa, aku menyeret tubuhku sendiri ke tempat tidur untuk menunggu sakit mereda. Aku pun terlelap meski musik terus membahana dengan keras.

Wajahku pun menengadah ke arah langit gelap yang bahkan segan untuk berbincang denganku. Jawablah pertanyaanku, wahai alam semesta. Apakah usahaku akan membuahkan hasil ataukah jasadku akan tergerus oleh kompetisi yang ketat? Tekadku untuk terus berkecimpung dalam dunia musik sudah bulat. Melodi memang sudah mengalir deras dalam nadiku sejak dulu, tetapi aku masih merasa takut menghadapi masa depan.

Aku seperti mengkhianati arti namaku sendiri setiap kali aku merasa ketakutan dan lari dari kenyataan. Mataku pun terpejam. Tawa keringku akhirnya terlepas dari pita suaraku. Detik demi detik berselang, tenggorokanku tercekat dan tiba-tiba timbul sepasang aliran air yang menelusuri kulitku yang beku hingga mereka lenyap menuju ketiadaan.

Ketika aku merasa waktu sudah bergulir cukup lama, aku memutuskan beranjak dari bangku taman kayu yang keras itu. Hari esok masih panjang. Aku harus tidur agar kondisi kesehatanku segera pulih. Aku mengangkat hoodie jaketku untuk menyamarkan wajah dan penampilanku di perjalanan pulang.

Aroma bunga mawar tiba-tiba tercium saat aku meninggalkan tempat itu.

Leave a comment